New Funday - Hari ini Gue pengen share tugas kuliah Kewirausahaan yang rencananya sih di kumpulin hari kamis Tgl 17 Oktober 2013. Tugasnya ada 5 soal tapi jawabannya cukup banyak dan kalo di tulis bikin males. Makanya bagi temen temen yang ga pengen capek nulis atau "Malas" silakan nih di copas mengenai Tugas Kuliah Kewirausahaan semester 5.
Soal
1. Seperti anda ketahui
ada 3 karakter dalam pendakian hidup. Jelaskan yang anda ketahui dari
3 karakter tersebut dan berikan argumen anda apakah manusia bisa
berubah dari 1 karakter ke karakter yang lain. Ajukan kiat-kiat anda
untuk melakukannya.
2. Seorang Wirausaha
dikenal dengan “Mental Baja”, Apa yang di maksud dan pola pikir
seperti apa yang dimiliki oleh seorang Wirausaha yang membedakan
dengan seorang yang bukan Wirausaha / Konsutif
3. Kreatifitas
merupakan fondasi yang menjadi dasar/mesin penggerak dalam
menciptakan suatu nilai tambah. Apa yang anda ketahui tentang
kreatifitas dan apa yang anda ketahui tentang SCUMPS dalam
mengeksplorasi kreatifitas.
4. ATM adalah salah
satu strategi visual thingking, Jelaskan strategi tersebut dan
berikan contoh ide gagasan anda mengaplikasikan strategi tersebut
dalam rencana usaha anda.
- Strategi Zach Scars
of Success
- Strategi Cash flow
kiyosaki
Jawaban.
1.
Ada 3 karakter dalam pendakian hidup yaitu sbb :
A. Quitter
(orang yang berhenti mendaki) memilih jalan hidup yang datar – datar saja dan
mengambil yang lebih mudah saja. Ironisnya dengan cara itu, ia akan menderita
pada saat yang memilukan adalah ketika ia menoleh kebelakang dan melihat bahwa
ternyata kehidupannya tidak optimal, kurang makna, banyak yang disia – siakan,
sangat boros dalam waktu dan hidup.
Akibatnya
ia menjadi murung, sinis, pemarah, frustasi, menyalahkan semua orang
disekelilingnya dan membenci (iri hati) pada orang – orang yang terus mendaki
kehidupan ini.
“Quitter” mencari pelarian untuk menenangkan hati dan
pikirannya meski semua belaka. Berlakulah apa yang ditamsilkan bahwa orang –
orang yang takut mati sesungguhnya tidak pernah benar – benar hidup.
B. Gaya hidup “Campers”
(orang – orang yang berkemah). Pada mulanya kehidupannya penuh proses – proses
pendakian dan perjuangan, cukup jauh ia mendaki namun ia memilih berbelok
membangun kemah di lereng gunung kehidupan. Karena lelah mendaki, menganggap
prestasi ini sudah cukup. Ia senang dengan ilusinya sendiri tentang apa yang
sudah ada, tak menengok apa yang masih mungkin terjadi.
Gaya hidup “Campers” memfokuskan energinya pada kegiatan
“mengukir – ukir” perkemahan dan mengisi isinya dengan barang – barang yang
membuat nyaman.
Ia melepaskan peluang untuk maju. “Campers” menciptakan
semacam “penjara yang nyaman” sebuah tenda kehidupan yang terlalu enak untuk
ditinggalkan.
Contoh tipe “Campers” adalah orang – orang yang sudah
memiliki pekerjaan bagus, gaji dan tunjangan yang layak, namun mereka telah
melepas masa – masa penuh gairah, belajar dan tumbuh, energi kreatif. Mereka
puas dan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri (Aktualisasi diri).
C. Gaya Hidup “Climbers”
(pendaki sejati)
Mereka menjalani hidup secara lengkap, mereka yakin bahwa
langkah – langkah kecil saat ini akan membawa kemajuan dan manfaat jangka
panjang. Pendaki sejati tidak lari dari tantangan dan kesulitan kehidupan.
Kisah terkenal Thomas Edisson, yang membutuhkan lebih dari 20
tahun dan 50.000 percobaan untuk menemukan baterai ringan, tahan lama, dan
effisien sebagai catu daya mandiri. Seseorang pernah bertanya kepadanya “Mr.
Edison, Anda telah gagal 50 kali apa yang membuat Anda tegar ?”
“Hasil !”jawab Edison. Edison seorang “Climbers” yang yakin
akan hasil ia optimistik.
“Climbers” yakin bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana
meskipun orang lain bersikap negatif dan sudah memutuskan bahwa jalan ini tidak
mungkin ditempuh lagi. Meski sesuatu belum pernah dilakukan orang, bukan
berarti tidak bisa dikerjakan.
Ingat Mahatma Ghandi ? Ia tokoh spiritual India yang tanpa
kekuasaan resmi, tetapi mampu menggalang kekuatan bangsanya untuk menggulingkan
kolonial Inggris.
“Climber” tak
kenal kata berhenti dalam kamus hidupnya. Saat batu besar menghadang atau menemui
jalan buntu, mereka akan mencari jalan alternatif lain. Saat kelelahan atau
jatuh mereka berintrospeksi diri dan terus bertahan “Climbers” memiliki
kematangan dan kebijaksanaan, dalam memutuskan strategi mundur sejenak dalam
rangka bergerak lebih maju lagi. Kamus hidupnya adalah tumbuh dan terus tumbuh
dan belajar seumur hidup.
Seseorang dapat
berubah menjadi karakter 1 ke karakter lainya berdasarkan pengalaman hidup yang
di alaminya dan belajar untuk mengembangkan Soft Skill yang di milikinya seperti
Antar Personal Skill dan Inter Personal Skill.
2.
Seorang Entrepeneur atau Wirausaha harus memiliki karakter dan pola pikir tahan
banting, tekun, jujur, kerja keras, dan tidak mudah putus asa.
Pola pikir
wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut :
1. Memiliki Locus of Control Internal
Locus of Control
(lokus kendali) adalah istilah untuk menggambarkan bagaimana seseorang berpikir
tentang kendali hidupnya. Seseorang yang memiliki kendali eksternal, adalah
mereka yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor diluar
dirinya, seperti cuaca, kebijakan pemerintah, keluarga, pacar, peraturan kantor
dan lain-lain. Sehingga mereka hanya punya sedikit sekali punya kontrol
terhadap kehidupannya. Mereka cenderung pasrah, dan mengikuti ‘kehendak’ di
luar dirinya. Sebagai contoh “wah hujan nih, mau gimana lagi, sudah pasti kita
tidak bisa belajar dengan konsentrasi, habis hujan..” dan sebagainya. Intinya,
hidup mereka dikendalikan oleh daya-daya diluar dirinya, dan mereka meyakini
bahwa tidak banyak yang mampu dilakukan untuk mengatasinya. Sebaliknya kendali
internal (internal locus of control) adalah pemikiran bahwa kita adalah pusat
kendali. Cuaca boleh hujan, namun kita tetap punya kontrol penuh untuk membuat
hati kita sedih/senang karena adanya hujan tersebut. Seorang wirausaha,
diyakini memiliki kendali internal tersebut. Mereka yakin bahwa dirinyalah
pusat kendali, bukan atasan, cuaca, kebijakan pemerintah dll.
2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas
Beberapa ahli
sering mengatakan bahwa salah satu blok kreativitas adalah keenganan untuk
berbeda, kemalasan untuk mencari yang tidak biasa dan ketidakbersediaan untuk
bermain-main dengan sesuatu yang menurut orang kebanyakan ganjil. Sebaliknya,
seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar
hal-hal yang dianggap pakem. Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang
ingin membuka restoran adalah; bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian,
saat ini sudah sangat banyak contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil
(jauh diatas gunung, di pulau, di tengah sawah, dll) justru diserbu oleh
pelanggannya.
3. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari
dirinya.
Seorang wirausaha
sejati sangat mengenal dirinya, dan ia menyadari bahwa dirinya bukanlah dewa.
Ia sangat sadar akan kelebihan dan potensi, dan juga terkait hal-hal yang
kurang dikuasainya. Oleh karena itu, mereka selalu siap untuk berbagi pikiran
dan wawasan, serta mengisi kekosongan-kekosongan dalam usahanya. Sebagai
contoh, beberapa orang mahasiswa yang membuka bisnis cuci motor, sangat sadar
akan keterbatasannya dengan cairan kimia sabun. Oleh karena itu, mereka ikhlas
bekerja sama dengan mahasiswa kimia/farmasi untuk menghasilkan formula sabun
yang tidak panas ditangan, wangi dan tahan lama bersihnya. Satu hal adalah
bahwa, mereka tidak pernah takut tersaingi. Sebaliknya, mereka sangat sadar
bahwa sinergitas akan menghasilkan jauh lebih banyak dari yang dapat
dibayangkan. Sinergi bukanlah satu ditambah satu sama dengan dua, namun satu
ditambah satu bisa menjadi tiga, tujuh atau bahkan sebelas.
4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan
mengubah berbagai hal.
Begitu seseorang
berkecimpung dalam dunia wirausaha, maka seyogianya ia harus siap berenang
dalam kreativitas. Hal ini sangat bisa dimaklumi,mengingat beberapa peluang
bisnis, terutama yang pintu (entrance) untuk memulainya tidak sulit untuk dibuka
(tidak butuh keterampilan khusus, tidak butuh modal besar dll), akan sangat
mudah dipenuhi oleh para pemula (start-up). Sehingga yang tadinya bisnis baru
tersebut berada di lautan biru (blue ocean) dalam waktu singkat ia harus
berdarah-darah di lautan mera (red ocean) karena ratusan pesaingnya saling
berebutan kue. Lalu bagaimana caranya bertahan dalam lautan darah seperti itu? Satu
hal, yaitu konsistensi untuk selalu berkreativitas. Perusahaan waralaba ayam
KFC, adalah contoh yang bisnis yang memiliki konsistensi untuk selalu
berkreativitas. Hampir setiap bulan mereka selalu mengeluarkan paket-paket
baru, seperti paket hemat plus CD musik, burger dengan harga terjangkau, paket
ulang tahun, paket porsi anak-anak plus mainan anak (biasanya tokoh film kartun
tertentu), interior ruangan yang selalu update dan dilengkapi taman bermain
mini dll. Belum ditambah jika memasuki bulan ramadhan, maka KFC dengan
kreativitasnya yang tinggi, akan meluncurkan paket sahur, paket berbuka, paket
berdua dll. Dengan itu semua, daya tahan sebuah bisnis terhadap persaingan
menjadi semakin kuat. Ia tidak akan mudah runtuh terhadap serbuan kompetitor
yang semakin dasyhat.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Mata seorang
wirausaha, adalah seperti mata elang. Mereka selalu awas terhadap
peluang-peluang baru. Mereka –dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempa-
mampu membaca trend jaman. Salah satu contoh kepekaan ini adalah apa yang
dilakukan oleh Trans Corp dengan Proyek Trans Studionya. Mereka melihat
kesempatan yang besar pada bisnis hiburan di Bandung Ibukota Jawa Barat. Jumlah
penduduk yang berjumlah kurang lebih 40 juta ditambah penghuni Jabodetabek yang
sekitar 20 juta, menjadi alasan yang sangat kuat untuk mendirikan kawasan
terpadu yang sarat hiburan kelas dunia untuk keluarga. Inilah mata elang
wirausaha. Mereka mampu melihat peluang dan berani mengambil tindakan untuk
menangkapnya.
6. Rasa urgenitas yang tinggi.
Para tokoh bisnis
sering mengatakan pameo ini “inovasi atau mati”. Apa artinya? Artinya adalah
bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati, ini adalah sesuatu yang urgen
dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Mengapa? Karena kompetitor begitu banyak dan
pasar sangat haus terhadap inovasi baru. Mari kita lihat trend pasar telepon
selular. Inovasi yang terjadi disini dapat dikatakan hampir terjadi setiap
hari. Jika kita membaca surat kabar, maka sangat mudah ditemukan iklan yang
mengabarkan teknologi terbaru dari sebuah telepon selular. Inilah bentuk dari
urgenitas yang sangat tinggi. Para pelaku alat telekomunikasi canggih tersebut
sangat paham, bahwa lengah satu langkah dapat berarti ancaman kebangkurtan
(ditinggalkan pelanggannya).
7. Perseverance.
Mereka menjaga
dan memelihara idenya untuk kemudian diwujudkan. Beberapa orang hanya berhenti
pada level menemukan ide baru. Namun, para wirausahawan sejati, mereka
memelihara, mengembangkan dan berusaha mewujudkan ide tersebut. Nurfitira
Khoirunnisa[2] adalah
contoh yang baik untuk menjelaskan karakter ini. Ia memiliki ide untuk membuat
penghapus elektrik gara-gara badannya yang kurang tinggi, sehingga tidak dapat
menjangkau seluruh bagian papan tulis di sekolahnya. Berkaca dari situasi itu,
ia dan rekannya kemudian berusaha menciptakan penghapus elektrik. Inilah contoh
preserverasi, yaitu usaha untuk menemukan ide baru kemudian berusaha
mematangkan dan mewujudkannya.
8. Resilience (ketahanan).
Wirausaha yang
tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak yang jika dipukul selalu
kembali ke posisi semula. Inilah kewirausahaan yang sesungguhnya. Tidak ada
satupun usaha yang tanpa penghalang dan tanpa hambatan. Namun, daya tahan ini
akan mengembalikan kita kembali ke posisi semula. Sudah terlalu banyak para
pelaku usaha mental dan jatuh diterjang angin. Namun tidak terlalu banyak yang
kemudian dapat kembali ke posisi semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki
setiap kita yang sadar bahwa hidup adalah perjuangan, dan perjuangan selalu
memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan bangun setelah terjerembab
oleh kerasnya kehidupan.
9. Optimis.
Optimis, secara
sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivita ke aktivitas
lain, tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa
tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri. Mungkin
para pembaca mengenal sosok Jerry Aurum, seorang fotographer ternama. Ia adalah
contoh seorang wirausaha yang sangat optimis dan yakin dengan kapabilitas yang
dimilikinya. Saat ini, berbagai institusi, dan perusahaan besar di Indonesia
sudah menggunakan jasanya[3].
Optimisnya antara lain dibuktikan dengan kegigihannya dalam memulai usaha
fotographinya. Ia mengirimkan 500 eksemplar kalender ke berbagai perusahaan di
Indonesia yang berisi foto-foto hasil karyanya. Dengan rasa optimisnya, ia
beranggapan bahwa minimal pasti ada satu dua perusahaan yang akan menggunakan
jasanya. Hal itu kemudian terbukti, dan akhirnya berbagai tingkatan klien
berlomba-lomba menggunakan jasanya.
10. Rasa humor tentang diri sendiri.
Ini adalah bentuk
rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah bentuk
kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah
sebuah rasa legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi
yang optimal. Sebaliknya sikap ini mendorong kita untuk selalu melihat hal-hal
belum maksimal dan punya potensi untuk dikembangkan. Rasa humor terhadap diri
sendiri, juga akan mampu memacu kreativitas dalam diri untuk selalu mencari
sisi-sisi yang belum tereksplorasi.
3.
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam
bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang
baru.
Scumps dalam menngeksplorasi kreatifitas
1.
Shape
2.
Color
3.
Use
4.
Material
5.
Part
6. Size
4. Prinsip atau Metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)
Visual thinking adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
ide-idenya secara jelas.
metode ATM : Amati, Tiru, Modifikasi.
Metode ini amat mudah diterapkan dan tidak memerlukan banyak teori. Siapa pun
bisa mengadopsi jurus ATM ini,
yang berpendidikan tinggi hingga yang buta huruf, yang memiliki modal kapital
dan yang bermodal “dengkul”, yang hidup di kota maupun desa.
Berikut ini uraian secara garis besar tentang
hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan metode ATM.
AMATI
Yang dimaksud adalah mengamati bisnis yang sukses
dijalankan orang lain. Mengamati bukan dalam arti hanya melihat, akan tetapi
mempelajari seluk beluk bisnisnya, menganalisis dan menyimpulkan. Bisnis yang
dipilih untuk diamati tentu bisnis yang bidang dan skalanya sesuai dengan
kemampuan dan kondisi kita (memungkinkan untuk dilakukan). Jauh lebih baik jika
memilih bidang bisnis yang disukai, karena peluang keberhasilannya akan lebih
tinggi.
Mengamati, pada prinsipnya adalah proses belajar
dan menyerap pengalaman orang lain. Oleh karenanya menuntut kejelian dan
kecerdikan. Seorang pengamat yang baik adalah yang berhasil menyerap banyak hal
dari obyek yang diamati, termasuk kekurangan dan kelebihannya.
Jika misalnya telah memiliki ketertarikan
terhadap suatu bidang bisnis yang terbukti sukses dijalankan orang lain,
seyogianya pengamatan dilakukan tidak hanya pada satu sasaran, jauh lebih baik
jika mengamati beberapa sasaran dengan bidang bisnis yang sama. Konsultasi
dengan pelaku bisnis yang gagal dalam bidang yang sama juga patut dilakukan.
Dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih komprehensif (lengkap).
Perihal teknis pengamatan tentu bisa berbeda
antar individu karena setiap orang memiliki gaya masing-masing yang dirasa
efektif. Namun, cara paling mudah untuk memulai proses pengamatan adalah dengan
menjadi konsumen dari sasaran yang dimaksud, melakukan dialog dan interaksi langsung.
TIRU
Setelah proses pengamatan usai dilakukan dan
memperoleh pengetahuan yang cukup, langkah selanjutnya adalah melakukan action.
Jika tidak ingin repot memeras otak dan energi untuk merancang sistem dan
berbagai hal teknis, maka langkah meniru adalah cara paling mudah untuk
dilakukan.
Yang harus diperhatikan dalam proses meniru
adalah etika dan pertimbangan yuridisnya. Jangan sampai terjebak dalam situasi
yang berakibat buruk, melanggar etika dan hukum. Prinsip usaha, pola kerja,
sistem manajemen, peralatan yang digunakan, proses produksi, standar pelayanan,
strategi pemasaran, hingga mentalitas dan fighting spirit adalah
hal yang dapat ditiru dan tidak beresiko berurusan dengan hukum. Jika yang
ditiru adalah logo perusahaan, merek dan hal lain yang dilindungi
undang-undang, tentu akan berakibat fatal.
Proses meniru dimulai dari tahap perencanaan.
Dengan adanya contoh yang telah diamati maka menyusun perencanaan bisnis
menjadi amat mudah. Langkah selanjutnya adalah menindaklanjuti perencanaan tersebut
dengan tindakan nyata.
Dengan menempuh metode “Amati dan Tiru”,
dapat memangkas pemborosan waktu dan energi yang seharusnya digunakan untuk
menemukan ide bisnis serta memikirkan cara kerjanya. Keuntungan lainnya adalah
bidang bisnis yang diamati dan ditiru adalah bidang bisnis yang telah terbukti
diterima “pasar” dan menuai sukses. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip
dasar dalam berbisnis, yakni memilih bidang usaha yang dibutuhkan orang banyak,
bukan bidang usaha yang “bisa” kita lakukan. Karena apa yang bisa kita
lakukan/kerjakan belum tentu diterima “pasar” dan menuai sukses. Apalah artinya
kita bisa membuat/memproduksi suatu barang/jasa tetapi tidak laku di pasaran?
MODIFIKASI
Apakah tidak cukup dengan mengamati lantas
meniru? Belum. Perbedaan kharakter, gaya, sumber daya dan kondisi antar
individu menuntut modifikasi harus dilakukan. Selain sebagai penyesuaian,
modifikasi juga bertujuan untuk menutup kelemahan (dari hasil pengamatan) dan
memberi nilai tambah. Pada tahapan inilah diperlukan kreativitas dan kejelian,
agar perubahan/penyesuaian yang dilakukan dapat menambah daya tarik dan
efektifitas.
Jika contohnya sudah baik dan terbukti sukses,
apakah tetap diperlukan modifikasi? Menurut saya, modifikasi tetap harus
dilakukan. Selain untuk menghindari disebut plagiat, modifikasi tersebut
bertujuan untuk menambah baik hal yang sudah baik. Kita bisa mempermudah,
membuat lebih nyaman, lebih sederhana, lebih bersih, lebih sesuai harganya, dan
lebih-lebih lainnya.
Metode Amati
Tiru Modifikasi ini sebenarnya adalah metode alamiah yang
telah dilakukan oleh semua manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam dunia
bisnis, hampir semua pelaku bisnis juga telah menerapkan metode ini dalam
menemukan ide bisnis baru atau untuk mengembangkan bisnis yang telah ada.
Cara
menduplikasikannya :
Mulailah dengan mengamati keunggulan dan
kelemahan produk atau jasa yang ingin Anda tiru. Selanjutnya Anda dapat meniru
produk atau jasa tersebut dengan memanfaatkan kelemahannya sebagai peluang,
serta menawarkan nilai lebih melalui modifikasi yang ditambahkan untuk menarik
perhatian konsumen. Modifikasi dapat Anda lakukan dengan berbagai strategi,
misalnya saja dengan menambahkan varian rasa/bentuk produk, meningkatkan
kualitas produk, menggunakan bahan baku yang berbeda, modifikasi display outlet
atau tempat usaha, sampai memodifikasi sistem usaha yang dikembangkan.Tanpa
adanya modifikasi yang membedakan produk Anda dengan produk pionir, maka
konsumen pun mengalami kesulitan dalam memilah merek produk satu dengan yang
lainnya. Sehingga bisa dipastikan bahwa produk Anda hanya akan booming sesaat,
hingga pada akhirnya tenggelam di tengah merek yang sebenarnya. Karenanya,
jadilah follower (pengikut) yang kreatif
dan inovatif.
5.
– Teori kewirausahaan Model Gordon merupakan model pengembangan kreativitas. Sementara itu, Dalam usaha merupakan hasil kreativitas.
Dengan demikianpun membuat usaha cocok
menggunakan model Gordon karena menekankan pada upaya pembinaan kreativitas dalam berbisnis.
Dalam model Gordon yang
menjadi aktivitas dasar adalah aktivitas metaforik. Melalui kegiatan metaforik
ini, kreativitas menjelma menjadi proses sadar. Metafora-metafora membentuk
persamaan, membedakan obyek atau ide yang satu dengan lainnya melalui obyek
pengganti. Dalam kegiatan berbisnis dapat menggugah wirausaha untuk menicptakan
usaha yang kreatif.
-
Teori kewirausahaan menurut timon
Proses kewirausahaan di awali dengan adanya
inovasi yang di picu oleh factor pribadi dan factor lingkungan. Faktor pribadi
yang mempengaruhi adalah locus of
control,pendidikan,pengalaman,komitmen,visi,keberanian mengambil resiko,dan
usia.
Sedangkan factor lingkungan adalahsosiologi,organisasi,keluarga,peluang,model
peran,pesaing,investor,dan kebijaksanaan pemerintah
-
Teori kewirausahaan menurut zach’s star of success
Untuk menjadi pengusaha yang sukses tidak hanya
bertumpu pada pengetahuan tetapi juga dibutuhkan jaringan,energy,komitmen,dan
gairah.
-
Teori Strategi kewirausahaan cash flow kiyosaki
Dalam
pelaporan Cash Flow (Arus Kas), dapat kita bagi menjadi 3 bagian kegiatan:
- Kegiatan Operasional (Operating Activities), merupakan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan operasi perusahaan dan tercantum dalam laporan ikhtisar rugi laba. Contoh : uang kas masuk (cash inflows) dari penjualan, uang kas keluar (cash outflows) untuk bayar gaji, listrik, dll.
- Kegiatan Investasi (Investing Activities), merupakan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan investasi perusahaan baik internal, maupun eksternal. Contoh : uang kas masuk dari penjualan aktiva ( aset ) kita, uang kas keluar untuk pembelian motor atau untuk membeli ruko.
- Kegiatan Keuangan (Financing Activities), merupakan seluruh aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan aspek perusahaan ( sumber dana perusahaan) berupa hutang jangka panjang dan modal. Contoh: uang kas masuk dari setoran modal atau pinjaman bank, uang kas keluar untuk pembayaran hutang bank atau pembagian deviden.
Hal
utama dalam menentukan perencanaan cash flow adalah memetakan keadaan keuangan
atau dana kita. Kemudian tentukan dana tersebut, apakah akan di alokasikan atau
di investasikan. Kebijakan manajeman sangat berpengaruh dalam Cash Flow
perusahan. Agar tak salah menentukan kebijakan, laporan Cash Flow di atas dapat
di jadikan runutan dalam menentukan kebijakan yang harus di ambil. Beberapa
yang perlu di perhatikan, diantaranya:
1.
Operating Cash Flow Harus Positif
Jika
negatif berarti ada yang salah dalam Operating Cash Flow kita, beban terlalu
besar di bandingkan dengan pendapatan, sehingga profit berkurang. Apakah
tindakan yang kita lakukan bila Cash Flow negatif?. Berikut beberapa tindakan
yang bisa kita lakukan :
- Cek biaya-biaya yang timbul, apakah efisien?
- Cek inventory kita, pastikan jangan banyak menumpuk di gudang, lakukan retur bila di mungkinkan untuk barang- barang yang tidak laku.
- Minta jatuh tempo pembayaran yang panjang ke supplier atau cari supplier baru yang dapat memberikan jatuh tempo yang panjang untuk pembayarannya.
- Sesuaikan harga jual barang atau tingkatkan penjualan.
2.
Operating Cash Flow Harus Sama atau Lebih Besar dari Laba Perusahaan
Jika
tidak, berarti uang kita banyak yang nyangkut di piutang (AR). Bila Cash Flow
kita lebih kecil dari laba kita, apakah tindakan yang dapat kita lakukan?.
Tindakan yang dapat kita lakukan adalah perpendek jatuh tempo pembayaran
piutang agar menjadi kas, atau dibuat kebijakan tidak menerima penjualan
kredit.
3.
Operating Cash Flow Harus Lebih Besar dari Investing Cash Flow
Jika
keadaannya tidak demikian, berarti anda banyak berhutang/pinjaman uang untuk
membeli asset tetap. Apakah tidakan kita?. Kita dapat menjual asset yang tidak
produktif.
4.
Trend Operating Cash Flow Harus Naik dari Tahun ke Tahun
Berkembang
atau tidaknya usaha kita dapat dilihat di sini, bila hal ini tidak terjadi,
kita harus coba melirik usaha lain.
Dari
sini kita dapat memperkirakan, langkah apa yang akan di ambil dan menilai
apakah perusahaan kita layak untuk dilanjutkan atau harus membuka usaha yang
baru. Hutang jangka panjang dapat di ambil dalam kondisi perusahaan ingin
mengembangkan usahanya (membeli ruko baru) dengan catatan, Operating Cash Flow
harus lebih besar dari Financing Cash Flow kecuali perusahaan kita baru
berdiri.
Ada
beberapa tips yang patut di coba:
- Barang dagang yang kita miliki tidak harus kita beli dari supplier, untuk menambah jenis barang dagang kita bisa mencari dengan metode konsinyasi, sehingga kita tidak dibuat pusing dengan pembayarannya.
- Cari supplier yang dapat memberikan jatuh tempo pembayaran yang lama. Hal ini akan memberikan kita waktu untuk menagih piutang dagang tanpa harus mengambil pinjaman jangka pendek.
- Minta kepada supplier untuk memberikan potongan hutang dagang bila pembayaran lebih cepat dari jatuh tempo.
- Jangan menimbun inventori terlalu lama, selain biaya penyimpanan menjadi tinggi, kas lebih banyak keluar untuk pembelian inventori.
- Bila dana kas cukup besar tersimpan, coba berfikir untuk memperluas usaha kita dengan mengalihkan dana ke Kegiatan Investasi.
- Cek kembali biaya-biaya operasional, apakah sudah efisien atau belum.
Kesimpulan
yang dapat kita tarik dari penjelasan diatas adalah Perencanaan Cash Flow dapat
kita ibaratkan seperti mengendarai sebuah mobil, kita harus tahu kapan kita
harus menambah kecepatan dan kapan kita harus mengurangi kecepatan, kapan kita
harus berbelok, sedangkan instrumen dashboard berfungsi sebagai rambu untuk
mengambil keputusan. Apabila kita dapat mengontrol dan mengendalikan kendaraan
kita dengan baik dan benar maka tentu dapat menekan resiko yang dapat terjadi
pada kita. Demikianpun dengan Cash Flow perusahaan kita, semakin baik kita
mengendalikan dan mengontrolnya, maka semakin besar pula terhindar dari resiko
keuangan.
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan pesan mengenai Blog ini, Tapi jangan Nyepam ya...Makasi atas Kunjunganya :)